Posted by : Unknown Minggu, 28 April 2013


PEMBAGIAN JENIS-JENIS WACANA


A. PENDAHULUAN

Kita sering mendengar kata wacana. Tapi tahukah kita apa wacana itu sesungguhnya? Sampai saat ini batasan atau definisi wacana yang dikemukakan para ahli masih beragam. Antara definisi satu dan yang lainnya terdapat perbedaan. Hal ini semata-mata disebabkan karena sudut pandang yang digunakan para ahli tersebut berbeda.

Untuk menghindari polemik dari munculnya beragam definisi ini, maka sudut pandang kita dalam diskusi ini akan kita batasi dan hanya berpijak pada sudut pandang linguistik (ilmu tentang bahasa) saja. Sayangnya, meskipun sudut pandang kita dalam menangkap fenomena wacana telah kita batasi dalam skop yang lebih kecil yaitu linguistik, ternyata dalam ranah inipun, para pakar juga berbeda dalam memerikan apa itu wacana. Karena itulah, pada diskusi kita kali ini (dengan mempertimbangkan mata tutorial kita yaitu ketrampilan menulis), yang akan kita jadikan pedoman dalam mendefinisikan wacana adalah definisi yang disampaikan oleh Badudu dalam Eriyanto (2001:2), yaitu: (1) wacana adalah rentetan kalimat yang berkaitan, yang menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lainnya, yang membentuk satu kesatuan sehingga terbentuklah makna yang serasi di antara kalimat-kalimat tersebut, dan (2) wacana adalah kesatuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi di atas kalimat atau klausa dengan kohesi dan koherensi yang berkesinambungan, disampaikan secara lisan atau tulisan.

B. PEMBAHASAN

Setelah dapat memahami apa itu wacana, selanjutnya kita juga harus dapat mengetahui jenis-jenis wacana dan perbedaan antara jenis wacana satu dengan wacana jenis lainnya. Dengan pengetahuan ini, diharapkan kita menjadi sangat kreatif dalam memproduksi wacana baik itu wacana lisan maupun tulisan.

Wacana secara kasat mata dapat dibedakan berdasarkan  struktur generik (generic structure) dan fitur-fitur bahasanya (language features). Yang disebut struktur generik di sini adalah struktur yang terbentuk dari perbedaan fungsi-fungsi paragraf dalam membangun sebuah wacana (seperti tesis, argumen, klimaks, dst). Yang disebut fitur bahasa di sini adalah penggunaan atau pemanfaatan bahasa (baik itu tata bahasa maupun diksinya) untuk membangun sebuah wacana.

Berdasarkan struktur generik dan fitur-fitur bahasanya, wacana-wacana yang sering kita jumpai dapat kita kelompokkan dalam tiga kelompok wacana yaitu; (1) kelompok wacana Naratif, (2) kelompok wacana Deskriptif dan (3) kelompok wacana Argumentatif.

Kelompok wacana Naratif dapat dibagi menjadi beberapa genre seperti; (a) Naratif itu sendiri, (b) Rekon (recount), (c) Anekdot, (d) Spoof, (e) dan Item berita (news item). Tipe-tpe genre di atas dibuat dengan tujuan untuk menginformasikan sesuatu dalam bentuk cerita.

Kelompok wacana Deskriptif dibagi menjadi beberapa genre seperti; (1) Deskriptif, (2) Report, (3) Prosedur dan (4) Eksplanasi. Genre-genre jenis ini pada dasarnya dibuat untuk memerikan (mendeskripsikan) sesuatu atau proses terjadinya sesuatu serta tidak dimaksudkan untuk menceritakan sesuatu.

Kelompok wacana Argumentatif dibagi menjadi beberapa genre seperti; (1) Eksposisi Analitik, (2) Eksposisi Hortatorik, (3) Diskusi serta (4) Argumentatif. Genre-genre tersebut dibuat dengan tujuan untuk melakukan eksplorasi terhadap argumen-argumen yang ditujukan untuk menjawab pertanyaan “mengapa” dan “bagaimana.”

Selain dari pembagian wacana ke dalam tiga kelompok wacana seperti yang telah di sebutkan di atas, beberapa pakar yang lain juga membagi wacana ke dalam tiga kelompok yang berbeda yaitu (1) Naratif, (2) Non fiksi, dan (3) Sajak (poetry).

Berdasarkan pembagian yang kedua ini, yang termasuk dalam kategori wacana Naratif adalah petualangan, misteri, fiksi ilmiah, fantasi, fiksi sejarah, cerita dilematis (roman), dialog, mitos, legenda, cerita peri dan fabel. Untuk kategori wacana nonfiksi dalam hal ini adalah teks diskusi, teks eksplanasi, teks instruksi, persuasi, Report yang tidak kronologis serta Rekon. Sedang yang termasuk dalam kategori wacana sajak (poetry) adalah puisi bebas, puisi visual, dan puisi berstruktur.

Dalam diskusi kita kali ini, yang akan kita gunakan sebagai bahan pijakan pembagian genre adalah klasifikasi yang pertama yaitu Naratif, Deskriptif dan Argumentatif.
1. Kelompok Wacana Naratif.

a. Naratif.
Tujuan:

Untuk memikat atau menghibur pembaca/pendengar melalui cerita.

Struktur Generik:

Orientasi
Komplikasi
Klimaks
Resolusi
Reorientasi
Koda/Amanat (Boleh tersurat boleh tidak)

Fitur Bahasa yang Dominan:

Penggunaan kalimat pembuka “dahulu kala,” “suatu hari”
mungkinkan adanya kata-kata bersanjak serta arkais
Kata kerja aksi
Teratur dalam hal kronologisnya.
Contoh:
CINDERELA

Jaman dahulu kala, hiduplah seorang gadis muda bernama Cinderella. Ia tinggal bersama dengan ibu tiri serta dua orang saudari tirinya.

Ibu tiri dan dua saudari tiri Cinderela memiliki sifat mudah marah. Mereka memperlakukan Cinderela dengan buruk. Ibu tiri Cinderela suka memerintah Cinderela melakukan pekerjaan rumah yang tersulit seperti menyikat lantai, membersihkan tempayan dan dandang, serta mempersiapkan masakan untuk keluarga. Berbeda dengan Cinderela, dua saudari tiri Cinderela tidak melakukan apa-apa. Mereka hanya sibuk bersantai sepanjang hari. Ibu tiri merekapun memberikan pakaian yang bagus-bagus buat mereka.

Suatu hari, dua saudari tiri Cinderela mendapat sebuah undangan pesta dari istana kerajaan. Pada undangan tersebut juga dijelaskan bahwa pangeran kerajaan akan mengajak dansa wanita yang disukainya yang hadir pada pesta tersebut. Mendengar berita ini, dua saudari tiri Cinderela merasa senang dan berdebar-debar. Mereka kemudian sibuk menghabiskan waktu memilih-milih baju mana yang akan mereka kenakan. Mereka berharap dapat menjadi wanita yang beruntung yang diajak dansa oleh sang pangeran. Saat berangkat ke pestapun tiba. Ibu tiri dan saudari tiri Cinderela berangkat ke istana serta meninggalkan Cinderela sendirian dirumah. Tanpa dapat dibendung, air mata Cinderelapun tumpah. Iapun menangis sedih.

“Mengapa engkau menangis, Cinderela?” sebuah suara lembut bertanya. Dengan terkejut Cinderela mendongakkan wajahnya yang semula tertunduk dan melihat sesosok ibu peri berdiri di sampingnya. Dengan gugup ia berkata “karena saya ingin ke pesta, tapi saya ditinggal sendiri di sini.” “Hmm, guman ibu peri. Meskipun kamu diberi pekerjaan yang berat oleh ibumu, kamu selalu melakukannya dengan gembira. Kamu juga tidak pernah mengeluh dan selalu lapang dada. Oleh karena itu, saya juga ingin melihat kamu dapat pergi ke pesta.”

Dengan ajaib, ibu peri merubah labu yang tumbuh di belakang rumah menjadi kereta. Ia juga merubah beberapa tikus yang berlarian menjadi kuda penarik kereta beserta seorang sais kereta. Ibu peri menepuk baju lusuh Cinderela dengan tanganya dan baju lusuh itupun berubah menjadi gaun yang sangat indah. Ia juga memberi Cinderella sepatu kaca yang sangat cantik. “Sekarang saatnya kamu pergi, Cinderela.” Ibu peri berkata. “Namun ingat, kamu harus pulang sebelum tengah malam atau kamu akan kembali seperti semula.” Dengan gembira, Cinderela berangkat ke pesta.

Malam itu benar-benar menjadi malam yang menakjubkan bagi Cinderela. Pangeran mengajaknya berdansa. Ia berdansa lagi-dan lagi dengan sang pangeran. Tiba-tiba, jam dinding di istana berdentang dua belas kali. Cinderellapun teringat pesan ibu peri dan segera berlari ke luar istana, secepat yang ia mampu. Dalam ketergesa-gesaannya, salah satu sepatu kacanya tertinggal.

Beberapa hari kemudian, pangeran kerajaan mengumumkan bahwa ia akan menikahi gadis yang kakinya cocok dengan ukuran sepatu kaca. Saudari tirinya yang pertama mencobanya, tapi kakinya terlalu besar untuk sepatu itu. Meskipun ia berusaha dengan keras memaksakan kakinya masuk, tapi tetap saja sepatu itu tidak muat. Demikian juga saudarinya yang kedua. Ketika ia mencoba sepatu kaca tersebut, kakinya terlalu kecil. Iapun gagal diboyong ke istana. Ketika giliran Cinderela tiba, sepatu itu pas dengan kakinya.

Akhirnya, Cinderelapun diboyong ke istana. Sang pangeran merasa sangat bahagia melihat Cinderella lagi. Mereka kemudian menikah dan hidup bahagia



b. Rekon

Tujuan:

Untuk menceritakan kejadian atau serangkaian kejadian yang terjadi di masa lampau,

Struktur Generik:

Orientasi
Kejadian (-kejadian)
Reorientasi
Fitur Bahasa yang Dominan:

Penggunaan keterangan waktu definit; kemarin, lusa, tahun lalu
Penggunaan partisipan personal; saya, kami, regu saya, dst
Penggunaan konektor kronologis seperti; pertama, kemudian, dst
Penggunaan kata kerja aksi
Penggunaan kata sifat
Contoh:
GEMPA BUMI

Saya akan menceritakan pengalaman saya yang terjadi minggu kemarin yang berhubungan dengan gempa bumi. Ketika gempa bumi terjadi, saya sedang mengendarai mobil. Waktu itu saya berada dalam perjalanan pulang dari Bali.

Tiba-tiba saya merasakan adanya hentakan keras pada mobil saya. Saya pikir waktu itu ban mobil saya meletus. Saya tidak sadar jika saat itu sedang terjadi gempa bumi. Saya baru sadar ketika saya melihat tiang listrik dan telepon yang ada di kanan kiri saya ambruk, berjatuhan seperti batang korek api yang ringan. Saya juga melihat batu-batu besar berserakan di sepanjang jalan. Mobil saya terperangkap di tengah batu-batu yang berserakan tersebut. Saya tidak bisa menggeser mobil saya ke depan maupun ke belakang karena batu-batu tersebut merintangi jalan saya. Sepertinya tidak ada satupun yang dapat saya lakukan untuk meneruskan perjalanan. Karena putus asa, saya tinggalkan mobil saya dan memilih berjalan kaki menuju rumah.

Sesampainya di kampung halaman saya, saya terkejut karena tidak ada satupun yang tersisa. Semuanya rata dengan tanah. Gempa bumi tersebut ternyata membuat kerusakan yang demikian besar pada kampung saya. Meskipun demikian, saya bersyiukur karena tidak ada satupun keluarga maupun warga kampung saya yang terluka serius.


c. Spoof
Tujuan:

Untuk menceritakan peristiwa dengan cara melibatkan twist (pelintiran) humor, serta untuk menghibur pembaca/pendengar

Struktur Generik:

Orientasi
Peristiwa (-peristiwa)
Twist (pelintiran)
Fitur Bahasa yang Dominan:

Penggunaan kalimat pembuka “dahulu kala,” “suatu hari”
Fokus pada orang, hewan, atau hal-hal tertentu lainnya
Dimungkinkan adanya kata-kata bersanjak serta arkais
Kata kerja aksi
Teratur dalam hal kronologisnya.
Contoh:

MALAS KE SEKOLAH

Suatu pagi, seorang ibu mengetuk pintu kamar anaknya keras-keras untuk membangunkan anaknya yang semata wayang tersebut. Ia gemas sekali karena jam dinding telah pukul 06.00 tetapi sang anak belum juga bangun.

“Bangun Budi, Waktunya kamu ke sekolah! Sudah jam 06.00 lho”
“Males mami, Aku gak mau pergi.” Terdengar jawaban dari dalam kamar.
“Berikan dua alasan kenapa kamu malas dan tidak mau ke sekolah.” Si ibu bertanya gusar.
“Anak-anak di sekolah benci padaku mami, demikian juga guru-guru di sekolah, mereka juga benci aku!”
“Alah, itu bukan alasan yang tepat Budi untuk memperbolehkan kamu bolos. Keluar sekarang dan cepat mandi.”
“Kalau begitu mami, mami juga berikan alasan kepadaku kenapa aku harus ke sekolah.”
“Ya jelaslah, yang pertama, umurmu 52 tahun, dan yang kedua kamu adalah kepala sekolah di sekolahmu. Cepetan Budi! Atau telingamu ibu jewer” si ibu berkata dengan tidak sabar.


d. Anecdote
Tujuan:

Berbagi dengan sesama pengalaman yang tidak biasa atau kecelakaan yang menggelitik

Struktur Generik:

Abstrak
Orientasi
Krisis
Reaksi
Koda.
Fitur Bahasa yang Dominan:

Penggunaan pertanyaan retorik.
Penggunaan proses material
Penggunaan Konjungsi temporal
Contoh:
KECELAKAAN MEMBAWA BERKAH

Tahun 1879 adalah tahun terbaik bagi William Procter dan James Gamble. Pada tahun tersebut  mereka sukses membangun sebuah bisnis. Bisnis lilin di kota Cincinnati yang mereka bangun secara patungan meraih keuntungan yang sangat besar. Sayangnya, keuntungan besar yang mereka raih dari bisnis ini tidak bertahan lama. Hal ini disebabkan oleh ditemukannya lampu bohlam oleh Thomas Edison. Secara cepat, produk mereka tergusur oleh produk Edison. Bohlam telah merubah masyarakat, demikian juga tingkat penjualan lilin mereka.

Digunakannya bohlam secara luas oleh masyarakat, jelas membawa dampak negatif bagi industri lilin. Pasar lilin mulai berangsur-angsur menyempit karena lilin telah tergantikan oleh bohlam. Lilin kini hanya digunakan untuk saat-saat tertentu saja. Dengan terjun bebasnya tingkat penjualan lilin, performa dari pabrik lilin William Procter dan James Gamble menjadi sangat menurun. Tidak hanya pabrik lilinnya saja yang mulai meredup, semangat Procter dan Gamble untuk menekuni bisnis tersebut juga meredup.  Situasi ini semakin bertambah ketika beberapa bulan kemudian, terjadi kecelakaan tak terduga yang disebabkan oleh kelalaian seorang karyawan pabrik. Karyawan tersebut pergi makan siang dan lupa mematikan mesin pembuat lilin. Karena mesin bekerja tanpa operator, udarapun masuk ke dalam adonan lilin. Adonan lilinpun menjadi rusak.

Namun, setelah berdiskusi dengan supervisor pabrik, pemilik pabik memutuskan untuk tidak membuang adonan rusak tersebut. Ia bahkan mengucurkan adonan tersebut dalam kotak-kotak kecil. Sabunpun muncul dan mengeras. Dari proses di luar dugaan inilah, sabun “mengapung” muncul. Harley Procter memutuskan untuk memberi nama sabun jenis ini dengan nama yang mudah diingat masyarakat. Ia memberi nama sabun tersebut dengan IVORY (gading). Sabun IVORY inilah yang kemudian menjadi  trademark dari perusahaan Procter dan Gamble selanjutnya.

Secara mengejutkan, Procter dan Gamble menerima banyak surat dari pembeli yang menanyakan produk hasil “kecelakaan” ini. Pembeli meminta lebih banyak lagi sabun yang bisa mengapung. Sabun Ivorypun dipasarkan secara umum. Meskipun formula yang menarik ini merupakan produk terbaik mereka, tapi mereka akan bingung jika diminta menerangkan bagaimana kejadian ini dapat terjadi. Formula misterius ini menjadi terkuak ketika kronologis peristiwa kecelakaan saat makan siang tersebut terungkap.



e. Item Berita

Tujuan:

Menginformasikan kepada pembaca/pendengar tentang even-even yang dianggap penting dan layak dijadikan berita.

Struktur Generik:

Even (-even) utama
Elaborasi (latar belakang, paryisipan, waktu, tempat) even (-even)
Sumber-sumber informasi
Fitur Bahasa yang Dominan:

Penggunaan kalimat pendek, tentang kabar yang disajikan pada judul berita.
Penggunaan kata kerja aksi.
Penggunaan ungkapan-ungkapan
Penggunaan kata keterangan: waktu, tempat, dan tatacara.
Contoh:
KLOTER I BERANGKAT JUM’AT

Sidoarjo. Calon Jemaah Haji (CJH) Sidoarjo dijadwalkan berangkat jumat (15/10). Total CJH Sidoarjo sebanyak 2.450. Jumlah terebut terbagi menjadi enam kloter. Yakni, kloter 10, 11,15, 16, 17, dan 18. Mereka akan berangkat pada Jum’at (15/10), Minggu (17/10), dan senin (18/10)

Kepala seksi penyelenggara Haji dan Umrah Depag Kabupaten Sidoarjo Misbakhul Munir menerangkan, jemaah haji akan diberangkatkan dari pendopo Surabaya. Setelah dikarentina semalam, keesokan harinya mereka terbang ke Arab Saudi.

Untuk mengurangi kepadatan, Misbakhul menuturkan bahwa pihaknya akan membatasi jumlah pengantar. “Hanya mobil berstiker yang boleh mengantar. Tapi pengantar dilarang masuk pendopo,” ujarnya.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, pada saat keberangkatan jemaah haji, lalu lintas di sekitar Alun-alun Sidoarjo akan padat. Karena itu, dia mengimbau para pengendara untuk melewati jalur alternatif (Jawa Pos, Sabtu, 9/10/10)



2. Kelompok Wacana Deskriptif.

a. Deskriptif

Tujuan:

Untuk menjelaskan seseorang, tempat atau benda secara detail.

Struktur Generik:

Identifikasi
Dekripsi
Fitur Bahasa yang Dominan:

Penggunaan nomina dan pronomina
Penggunaan kata kerja aksi
Penggunaan kata sifat dan kata keterangan
Penggunaan terminologi-terminologi yang sifatnya teknis
Contoh:
CANDI BOROBUDUR

Borobudur adalah candi Hindu-Budha. Candi ini dibangun pada abad ke-19 oleh dinasti Sailendra yang berasal dari kerajaan Mataram kuno. Borobudur terletak di Magelang, Jawa Tengah Indonesia.

Borobudur terkenal ke seluruh penjuru dunia. Konstruksinya mendapat pengauh oleh arsitektur Gupta India. Candi ini dibangun di atas sebuah bukit setinggi 46 meter dan delapan tangga yang berbentuk undakan batu. Lima tangga yang pertama berbentuk kotak, dikelilingi oleh tembok yang penuh pahatan yang membentuk gambar Budha. Tiga tangga di atasnya berbentuk melingkar. Pada tiap tangga melingkar tersebut terdapat stupa berbentuk lonceng. Keseluruhan gedung ditutupi oleh stupa besar yang terletak di tengah-tengah lingkaran teratas. Jalan menuju puncak borobudur yang berbentuk gang terbentang sejauh 4,8 kilometer. Desain Borobudur yang menyimbolkan struktur alam semesta mempengaruhi gaya pembuatan candi Angkor di Kamboja.

Candi Borobudur yang diresmikan sebagai monumen nasional Indonesia pada tahun 1983 adalah harta tak ternilai bagi bangsa Indonesia.



b. Prosedur

Tujuan:

Membantu pembaca atau pendengar untuk memahami bagaimana cara melakukan atau membuat sesuatu dengan tepat.


Struktur Generik:

Tujuan
Bahan-bahan/perlengkapan
Langkah-langkah/metode
Fitur Bahasa yang Dominan:

Penggunaan kalimat imperatif
Penggunaan kata keterangan rangkaian seperti, pertama, kedua, selanjutnya, dst.
Penggunaan terminologi khusus.
Contoh:
KARE TELUR SRI LANKA

Kare Telur Sri Lanka yang akan kita buat ini berbahan dasar telur dan santan. Dinamakan Kare Sri Lanka karena kare ini mengadaptasi cara orang Sri Lanka dalam membuat kare yaitu dengan menggunakan kelapa untuk mengentalkan kuahnya serta menambah lezat cita rasanya. Bahan kuahnya adalah santan tanpa gula yang mengandung minyak kelapa alami. Santan jenis ini mudah dijumpai di supermarket-supermarket sekitar kita. Selain telur dan santan, bahan-bahan lain yang dibutuhkan adalah bawang merah, wortel, merica, jahe, seledri, garam, bawang putih, jeruk nipis, tepung, turmeik, dan bubuk kare

Yang pertama kali dilakukan adalah merebus telur hingga masak. Telur yang akan kita rebus kita masukkan ke dalam panci yang berisi air dingin. Angkat panci yang berisi telur dan letakan di atas kompor. Rebus telur selama 7 menit. Setelah itu angkat serta dinginkan telur dengan cara menyiramnya dengan air dingin.

Sambil menunggu telur menjadi dingin, panaskan mentega dan minyak pada wajan kecil. Kemudian masukkan bawang merah, wortel, merica, dan seledri yang telah diiris-iris sebelumnya. Aduk hingga merata. Setelah merata, tambahkan bawang putih dan jahe dan lanjutkan lanjutkan masak sekitar lima menit. Setelah itu masukkan turmeik, bubuk kare dan tepung. Aduk lagi hingga campuran tadi menjadi rata. Lanjutkan dengan menambahkan air panas, kemudian aduk lagi agar kuah menjadi encer dan merata sempurna. Tambahkan penyedap yaitu garam dan merica kemudian masukkan pada santan. Aduk terus sekitar 20 menit dan bau harum kare tercium. Tambahkan jeruk nipis untuk penguat rasanya.

Terakhir, kupas telur dan potong telur-telur tersebut menjadi dua bagian. Letakkan di piring secara teratur dan siram dengan kuah kari yang telah masak. Pastikan telur-telur tersebut tertutup oleh kuah kare. Dinginkan selama satu menit dan Kare Telur Sri Lanka pun siap untuk dinikmati bersama nasi.



c. Report
Tujuan:

Untuk mempresentasikan informasi tentang sesuatu apa adanya. Informasi ini merupakan hasil pengamatan dan analisis yang sistematik

Struktur Generik:

Klasifikasi umum
Deskripsi
Fitur Bahasa yang Dominan:

Pengenalan kelompok atau aspek-aspek umum aspect
Penggunaan hubngan logis yang kondisional
Contoh:
GAJAH

Gajah adalah hewan terbesar diantara hewan-hewan lain yang ada di dunia. Hewan ini memiliki penampakan yang unik. Kakinya kekar, tubuhnya besar, punggungnya kuat, telinganya menggantung, mata dan ekornya kecil, serta memiliki hidung yang panjang yang dikenal sebagai belalai. Gajah biasanya dapat dilihat di kebun binatang. Sangat sukar sekali untuk melihat gajah di habitat aslinya.

Belalai merupakan organ tubuh gajah yang sangat unik serta bermanfaat. Dengan belalai, gajah dapat menyemprotkan air ke tubuhnya. Dengan be;lalai pula gajah dapat mengambil dedaunan untuk kemudian dimasukkan ke mulutnya. Meskipun tubuh gajah besar, gajah dapat bergerak dengan cepat.

Gajah adalah hewan yang pintar. Dengan kepintaran serta kekuatannya, membuat gajah memiliki banyak manfaat bagi manusia. Gajah dapat dilatih untuk mengangkat barang yang berat, memburu harimau bahkan untuk bertarung. Gajah adalah benar-benar binatang yang pintar.



d. Eksplanasi
Tujuan:

Untuk menjelaskan proses terciptaan sesuatu yang terjadi secara alamiah, atau proses bekerjanya fenomena alam maupun sosial.

Struktur Generik:

Pernyataan umum
Penjelasam
Penutup
Fitur Bahasa yang Dominan:

Penggunaan kata kerja aksi
Penggunaan kalimat pasif
Penggunaan frasa nomina
Penggunaan frasa adverbia
Penggunaan terminologi teknis
Penggunaan nomina umum dan abstrak
Penggunaan konjungsi waktu serta sebab-akibat
Contoh:
TSUNAMI

Kata “tsunami” berasal dari bahasa Jepang yang berarti pelabuhan (“tsu”) dan gelombang (“nami”). Tsunami adalah rangkaian gelombang yang timbul akibat air yang ada di danau atau di laut secara cepat bergerak dalam skala yang besar.

Tsunami terjadi ketika dasar laut mengalami kerusakan bentuk dan secara vertikal merubah posisi air yang datar. Gerakan vertikal yang besar dari patahan bumi dapat terjadi pada lapisan bumi.

Gempa bumi yang tejadi di dasar laut sangat berpotensi  menimbulkan tsunami. Patahan dasar laut menyebabkan equalibrum air menjadi terganggu. Semakin besar daerah patahan yang terjadi, semakin besar pula tenaga gelombang yang di hasilkan. Gelombang besar yang mengalir deras ke daratan inilah yang sangat berbahaya bagi manusia.

Tsunami selalu membawa kerusakan besar bagi manusia. Kerusakan yang terbesar disebabkan oleh gelombang besar yang membanjir daratan. Gelombang ini ketika mengenai pemukiman manusia akan menyeret apa saja yang dilaluinya. Kadang, korban jiwa yang terjadi bukanlah karena disebabkan oleh ombak besar tsunami yang mengalir, tapi karena benturan dengan benda-benda yang dibawa gelombang tsunami. Selain itu lumpur yang ikut terseret gelombang tsunami menyebabkan manusia menjadi sulit untuk menyelamatkan diri dengan cepat.



2. Kelompok Wacana Argumentatif.

a. Eksposisi Analitik

Tujuan:

Mengungkapkan pada pembaca bahwa suatu hal adalah hal yang penting

Struktur Generik:

Tesis
Argumen (-argumen)
Reiterasi/Simpulan
Fitur Bahasa yang Dominan:

Penggunaan modalitas
Penggunaan kata kerja aksi
Penggunaan kata kerja yang berhubungan dengan pikiran; merasa, berpikir, dst
Penggunaan nomina umum dan abstrak
Penggunaan konektor
Contoh:
MASALAH-MASALAH YANG MUNCUL AKIBAT OBESITAS

Berat badan yang berlebihan dalam dunia kesehatan dikenal sebagai obesitas (kegemukan). Obesitas dalam hal ini didefinisikan sebagai sebuah kondisi di mana tubuh manusia menyimpan lemak yang berlebih. Obesitas sangat potensial menyebabkan gangguan pada kehidupan manusia.

Dalam dunia kedokteran, obesitas dikenal sebagai faktor utama penyebab penyakit jantung. Akibat dari kelebihan berat badan, jantung bekerja lebih keras. Jika jantung bekerja terlalu keras, hal ini jelas sangat berbahaya bagi kesehatan. Serangan jantungpun dapat terjadi. Selain itu, obesitas dapat pula meningkatkan kolesterol serta tekanan darah. Tingginya kolestorol dan tekanan darah dapat menyebabkan pembuluh darah pecah sehingga apa yang disebut sebagai stroke, dapat terjadi. Tidak hanya masalah serangan jantung dan stroke, obesitas dapat pula meningkatkan jumlah gula dalam darah. Jumlah gula yang tidak terkontrol ini dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang kita kenal sebagai diabetes.

Selain masalah kesehatan di atas, obesitas juga dapat mengganggu kehidupan sehari-hari manusia utamanya wanita. Kebanyakan kaum wanita seringkali berusaha keras menjaga tubuh mereka agar terhindar dari obesitas. Bagi kebanyakan wanita, menjadi gemuk adalah sebuah kekurangan. Dengan gemuk, kesempurnaan penampilan mereka menjadi berkurang dan ini tentu saja dapat berpengaruh negatif terhadap kepercayaan diri mereka.

Penelitian-penelitian serius sangat diperlukan untuk meneliti pengaruh obesitas pada manusia. Namun dari apa yang dipaparkan di atas, telah jelas bagi kita bahwa obesitas tidak baik bagi kehidupan manusia.



b. Eksposisi Hortatorik
Tujuan:

Meyakinkan pembaca bahwa sesuatu harus atau tidak harus dilakukan

Struktur Generik:

Tesis
Argumen (-argumen)
Rekomendasi
Fitur Bahasa yang Dominan:

Penggunaan modalitas
Penggunaan kata klerja aksi
Penggunaan kata kerja yang berhubungan dengan pikiran; merasa, berpikir, dst
Penggunaan nomina umum dan abstrak
Penggunaan konektor
Contoh:
TEMPAT SAMPAH BANYAK, SEKOLAH SEHAT

Sebagai seorang guru, saya meyakini bahwa kesehatan lingkungan sekolah kita dapat mendukung prestasi anak didik kita. Untuk mewujudkan kesehatan sekolah ini, kita dapat melakukan banyak hal, salah satunya yaitu dengan cara meningkatkan jumlah tempat sampah di sekolah

Biasanya, ketika kita menengok kondisi kelas kita, koridor sekolah, halaman depan dan halaman belakang sekolah, kita sering menjumpai kertas-kertas, gelas atau botol air mineral, sedotan, plastik-plastik makanan ringan, berserakan di tempat tersebut. Benda-benda tersebut sebagian besar berasal dari anak didik kita. Kondisi ini jelas dapat merusak pemandangan dan mengganggu kesehatan sekolah. Kertas-kertas dan plastik-plastik yang berserakan dapat menyumbat selokan sekolah ketika hujan tiba. Gelas dan botol minuman bekas yang berceceran dapat menjadi sarang tempat berkembangnya nyamuk.

Saya melihat sebagian besar anak-anak kita telah memiliki rasa tanggungjawab yang tinggi untuk menjaga kebersihan sekolah. Mereka seringkali saya jumpai membuang sampah di tempat sampah. Meskipun demikian, ada juga sebagian dari mereka yang saya jumpai malas untuk membuang sampah di tempat sampah. Mereka lebih memilih membuang tempat sampah di pojok kelas, atau bahkan di depan kelas. Ketika saya tanya mengapa mereka melakukan hal tersebut, sebagian besar dari mereka menjawab bahwa mereka melakukan hal tersebut karena tempat sampah yang ada, sangat jauh dari kelas mereka. Mendengar jawaban ini saya menjadi sadar betapa sedikitnya jumlah tempat sampah di sekolah kita.

Sekolah seharusnya menyediakan tempat sampah yang cukup untuk sampah-sampah yang dihasilkan anak didik kita. Sebuah tempat sampah seharusnya diletakkan tiap 10 meter di sekolah kita. Dengan demikian, ketika anak-anak bermaksud membuang sampah mereka, mereka dapat menemukan tempat sampah tersebut dengan mudah. Jadi, tidak ada alasan bagi mereka untuk membuang sampah sembarangan.

Ketika sekolah telah dilengkapi dengan tempat sampah yang cukup, murid-murid tidak akan malas lagi membuang sampah di tempat yang semestinya. Dengan demikian, kebersihan sekolah kita menjadi terjaga. Oleh sebab itu saya menyarankan marilah kita tambah jumlah tempat sampah di sekolah kita sehingga sekolah kita menjadi tempat yang bersih dan sehat bagi anak didik kita.



c. Diskusi
Tujuan:

Menyediakan infomasi dan opini terhadap sebuah isu melalui dua kaca mata yang berimbang (Pros isu dan Kontra isu)

Struktur Generik:

Isu
Argumen pro dan argumen kontra
Konklusi/Simpulan
Fitur Bahasa yang Dominan:

Penggunaan modalitas
Penggunaan kata klerja aksi
Penggunaan kata kerja yang berhubungan dengan pikiran; merasa, berpikir, dst
Penggunaan nomina umum dan abstrak
Penggunaan transisi/konektif
Contoh:
KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN TENAGA NUKLIR

Tenaga nuklir berasal dari uranium yaitu sejenis logam yang didapat dari tambang-tambang yang ada di seluruh dunia. Stasiun nuklir skala besar yang pertama dibuka di Calder Hall in Cumbria, Inggris pada tahun 1956.

Nuklir sangat bermanfaat bagi manusia. Beberapa kapal laut militer serta kapal selam menggunakan nuklir sebagai sumber tenaga penggeraknya. Selain itu, nuklir dapat memproduksi energi yang sangat besar serta mampu mensuplai 11% dari kebutuhan energi manusia di dunia. Berbeda dengan bahan bakar fosil seperti batubara, nuklir tidak menyebabkan polusi.

Di lain pihak, nukir juga sangat berbahaya. Stasiun nuklir harus di bungkus rapat-rapat dan diletakkan dalam tanah agar radioaktifnya tidak menyebar kemana-mana. Meskipun dapat diandalkan, membangun pembangkit nuklir juga butuh dana yang besar. Dana ini dikeluarkan untuk memastikan keamanan dari pembangkit ini. Sedikit saja salah, maka bahaya yang dihasilkan tenaga nuklir sangatlah luar biasa.

Masyarakat internasional memiliki perhatian yang besar tentang hal ini. Pada tahun 1990 hingga sekarang, pembangunan stasiun tenaga nuklir masih tetap menjadi hal yang problematik dan ramai dibicarakan.


d. Argumentatif
Tujuan:

Menyajikan masalah yang kontradikif. Masalah tersebut didiskusikan melalui dua kacamata yang berbeda (Pro atau Kontra). Penyaji wacana menentukan pada sisi mana ia berpihak.

Strukture Generik:

Isu
Argumen pro dan/atau argumen kontra
Stand (Posisi)
Argumen Stand
Konklusi/Simpulan (Opsional)
Fitur Bahasa yang Dominan:

Penggunaan modalitas
Penggunaan kata klerja aksi
Penggunaan kata kerja yang berhubungan dengan pikiran; merasa, berpikir, dst
Penggunaan nomina umum dan abstrak
Penggunaan transisi/konektif
Contoh:
ALIEN: BENARKAH MEREKA ADA?

Kita telah banyak mendengar informasi tentang keberadaan alien. Kebanyakan informasi tersebut ditemukan dalam film-film fiksi. Dalam banyak film-film fiksi, alien kadang digambarkan sebagai makhluk hidup yang baik, kadang juga sebagai makhluk jahan nan mengerikan yang bermaksud menguasai bumi. Sayangnya, kebanyakan informasi yang beredar tentang alien ini hanyalah berdasarkan imajinasi saja, karangan popler manusia  abad ini.

Ada beberapa alasan logis mengapa keberadaan alien sangat sulit diyakini. Ada banyak planet di dunia ini. Meskipun planet-planet tersebut memiliki matahari, tapi kondisi planet-planet tersebut jelas sangat berbeda dengan bumi. Beberapa di antaranya terlalu banyak menerima radiasi dari matahari sehingga planet tersebut sangat panas. Beberapa di antaranya juga sangat sedikit menerima radiasi matahari sehingga sehingga sangat mustahil makhluk hidup tinggal di planet tersebut.

Meskipun ada kemungkinan bahwa makhluk hidup dapat tinggal di planet-planet selain bumi, tapi tak ada seorang ilmuwan pun yang yakin bahwa mereka memiliki kecerdasan seperti manusia. Perlu diingat bahwa di bumi ada banyak makhluk hidup yang menghuninya, tapi hanya satu yang memiliki kecerdasan yaitu manusia.

Selain itu, andaikata makhluk hidup dengan kecerdasan seperti manusia tinggal di planet tersebut, lantas mengapa hingga kini kita belum menerima kontak satupun dari mereka. Manusia telah mengirimkan banyak sinyal ke luar angkasa. Andaikata alien benar-benar ada, secara logika mereka pastinya telah menerima sinyal-sinyal tersebut dan membalasnya.



C. PENUTUP

Ada banyak teori tentang pembagian genre-genre wacana. Teori pembagian genre di atas merupakan salah satu dari teori-teori tersebut yang telah lama dikembangkan di Amerika. Teori-teori ini mulai masuk dan dikembangkan di Indonesia sejak tahun 2000-an. Meskipun sederhana, tapi teori pembagian ini sangat bermanfaat dalam mengklasifikasikan jenis-jenis wacana.

Sebenarnya, selain dari genre-genre di atas, masih ada beberapa genre lagi yang belum dibahas dalam artikel ini, seperti Surat (baik itu dinas maupun pribadi), Pengumuman, Jargon, Iklan, Lirik lagu, Puisi, Grafiti (Latrinal, tag, dst) dan banyak lagi. Genre-genre tersebut tidak didiskusikan dalam artikel ini karena waktu yang terbatas. Mudah-mudahan dengan adanya penjelasan sekilas ini dapat bermanfaat bagi kita untuk meningkatkan minat kita dalam mencipta karya sastra.

Sumber: http://pusatbahasaalazhar.wordpress.com/pesona-puisi/pembagian-jenis-jenis-wacana-genre-teks/

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © Games - Hatsune Miku - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -